Rabu, 23 November 2011

Komodos


            Komodos are reptiles. They are classified in Varanidae (monitoring lizard) family. Komodos are the biggest lizard in the world. They grow until their big size because of island gigantism, the effect of the condition that there is not any carnivore in the island they live. They don’t have hearing sense, but they have very strong sense to detect, taste and smell using their tongue, just like the other reptiles. They have poor sight in night and cannot see the differences of moving and unmoving objects.
Komodos can run up to 20 kilometers per hour for short track. They are good swimmers too. They can dive until 4.5 meters. They also can climb trees using their powerful claws.They use their claws and their saliva to hunt. Their saliva is very dangerous because their saliva is deathly.
Komodos reproduce with eggs. The females usually lay her eggs in nest that is not used. The eggs have incubation period for 7-8 months. After hatch, the young Komodos will spend their much life on the trees, where they are safe from the adult Komodos that cannibals.
            Most of Komodos live in Komodo Island, which is located in East Nusa Tenggara. They spread to other islands around Komodo Island like Rinca, Flores, Gili Motang and Gili Dasami. There are only thousands of Komodos that exist now, and it is still decreasing. So, there are many zoos and organizations that make captivity for Komodos. Those captivity are very good for tourism, especially Komodo Island which has been elected to be one of 7 Wonders of the World, because of those unique Komodos.

Source: Wikipedia
           

Minggu, 06 November 2011

Madre

Judul Buku                        : Madre
Pengarang                         : Dee
Penerbit                            : Bentang
Cetakan dan Tahun Terbit : Cetakan I tahun 2011
Tebal Buku                       : 160 halaman

Dee, atau juga dikenal dengan nama aslinya, Dewi Lestari, adalah salah satu pengarang wanita Indonesia yang telah matang. Mulai meniti karir menulis sejak tahun 2001 dalam epic Supernova, hingga sekarang tahun 2011, karya-karya Dee semakin terlihat kerapian dan kedewasaan dalam pola pikir. Jika dibandingkan dengan Supernova, tentu Madre menyimpan lebih banyak makna dalam sentilan-sentilan bijak khas Dee.

Madre ini merupakan kumpulan-kumpulan karya Dee selama rentang waktu 5 tahun antara tahun 2006-2011. Beberapa sudah pernah dipublikasikan di media cetak maupun elektronik. Banyak tema yang diangkat di buku ini, karena buku ini  merupakan sebuah kumpulan cerita.Tidak hanya kumpulan cerita, puisi-puisi yang pernah Dee tulis juga bisa ditemukan di dalam buku ini. Tema-tema yang hadir pada buku ini mulai dari  takdir, kesetiaan, soulmate, persahabatan dan tentu saja cinta. Cerita utama dan yang pertama adalah Madre itu sendiri, yang menceritakan tentang panggilan hidup dalam pekerjaan.Cerita mengenai takdir yang datang untuk diketahui cukup terlambat dan tiba-tiba, membawa seseorang kepada pekerjaan yang tak pernah disangkanya untuk ditekuni. Juga ada puisi percakapan seorang ibu dengan janinnya, yang sungguh tak terduga isinya.

Buku ini dapat membuat orang, apalagi yang sudah mengenal karya-karya Dee, tertarik untuk membacanya.Dari sinopsis singkat yang ada di belakang buku, kita langsung akan bertanaya, siapakah Madre itu sebenarnya. Si tokoh yang menjadi judul buku ini tidak semua orang bisa menduganya. Sayangnya, tidak semua orang yang melihat buku ini akan segera menyimpulkan bahwa buku ini asyik untuk dibaca. Kesan yang agak berat memang akan membuat pembaca-pembaca yang tidak ingin terlalu banyak berpikir kurang tertarik untuk membacanya. Padahal, buku ini bahasanya bahasa anak muda yang masih menghargai kebakuan bahasa, sehingga kalangan remaja dewasa 17-35 tahun dapat mengikutinya dengan baik.Namun yang jelas, buku ini dapat menjadi selingan dan teman minum kopi saat sore hari dan menambah wawasan hati.